Disebuah pondok
tengah terjadi unjuk rasa, semacam protes ketidak adilan atas perlakuan yang
berbeda terhadap seorang santri, sebut saja namanya Achmad. Akhmad adalah
seorang santri yang pandai, tekun dan rajin, berbeda dengan siswa yang lainnya.
Dia lebih memanfaatkan waktu yang ada untuk hal-hal yang lebih positif,
terkadang saat teman-temannya tertidur, ia lebih memilih untuk bertahajut,
memohon belas kasihan tuhannya, memohon untuk bisa lebih dekat dan menikmati
anugerah yang telah diberikan Alloh Swt, mengharap ridho dan ampunan-Nya.
Assalamu’alaikum.....
Assalamu’alaikum...teriak beberapa orang santri, mungkin merekalah kordinator
aksi kali ini. “Ustad, kami protes... kami menuntut keadilan... atas perlakuan
yang berbeda terhadap kami....memang apaan, kami juag santri disini...teriak
yang lainya. Dengan segala macam gaya dan tingkahnya masing-masing, persis
seperti negeri ini yang tengah dalam
kondisi ketidak adilan, protes , unjuk rasa seperinya sudah menjadi kebiasaan
baru atau tren, virusnya menyebar hingga masuk kewilayah pondok yang selama ini
terkenal paling adem, tentrem sebab yang namanya santri itu harus nurut, manut
pada ustad / pembimbingnya agar tidak kualat (semacam sangsi yang akan
diterimanya kelak karena melawan ustad / gurunya).
Seorang ustad
masih dengan tasbih ditangannya, masih dengan sorbannya, datang menghampiri
kerumunan santri yang tengah berunjuk rasa, lengang nyaris mencekam hanya suara
bisik-bisik antara santri yang satu dengan yang lainya.... entahlah apa yang
ada difikiran mereka masing-masing. Sejurus kemudian terdengar suara bergetar
...suara itu menggema...merasuk kedalam jiwa-jiwa polos para santri, hingga menembus dinding-dinding kalbunya. “baiklah
anak-anak ada apa ini, kenapa kalian berbuat seperti ini....? suara itu
menggema, penuh dengan kewibawaan,
coba engkau terangkan ada apa sebenarnya
ini...? suara itu tertuju pada seorang santri, sebut saja namanya Agus, dan
entah kebetulan atau apalah namanya bahwa Agus adalah koordinator unjuk rasa
saat itu, tak menyangka awalnya ketika pertanya itu tertuju padanya, Agus
dengan terbata-bata, gagap memberi
jawaban... anu, anu Tad...ee... kami protes, atas perlakuan ustad
terhadap kami. Aa.., protes apa.., perlakuan yang mana..., coba jelaskan....
potong ustad saat Agus belum selesai memberi
jawaban.
Kami merasa perlu
melakukan ini, karena kami merasa diperlakukan tidak adil, kami juga santri
disini sama seperti yang lainya, tetapi perlakuaan ustad terhadap kawan kami
Achmad sangat berbeda dengan kami, kami seperti dianak tirikan ustad...kami
juga sama kan tad, terus apa yang membuat ustad memperlakukan lebih terhadap
saudara Achmad, ustad tidak adil....sambungnya.
Hm....itu to
masalahnya, gumam ustad itu sambil
manggut-manggut dan menghernyitkan dahinya,
”gitu aja kok repot”......lanjutnya. Baiklah anak-anakku sekalian,
begini ya....kata ustad kemudian, sebelum aku menjawab protes kalian, ada satu hal yang hendak saya sampaikan
kepada kalian semua...silahkan kembali kepondok, satu jam kemudian kalian
kemari dengan masing-masing dari kalian membawa pisau yang tajam dan seekor
burung dara atau ayam juga boleh.... satu jam kemudian telah berkumpul para
santri dengan bawaannya masing-masing.
Apakah sudah
Berkumpul semuanya...?? tanya Ustad.
Sudah ustad, kami siap menerima perintah berikutnya...., jawab para
santri.
Nah anak-anak,
sekarang kalian telah berkumpul. Coba kalian potong dengan menyebut nama Alloh
burung atau ayam yang kalian bawa, tapi dengan satu syarat tidak ada satupun
yang melihat kalian ketika melaksanakan tuga ini, saya beri waktu 2jam dari
dari sekarang... kalian faham...? apakah kalian sanggup...??
Paham..... kami
sanggup ustad....!! jawab para santri.... gampang amat, begitu kira-kira fikiran para santri
tersebut. Dengan segala macam cara mereka melakukan ini, ada yang mengunci
kamar dan segera melakukan exekusi, ada juga yang bersembunyi disemak-semak
saat melakukan tugas, yang lain juga lari kedalam hutan sebelah pondok dalam
mengerjakan tugasnya, pokoknya macam-macam cara mereka berusaha lakukan tugasnya
dengan baik, asal tidak ada yang melihatnya.
Hati-hati mereka diliputi
kebanggaan, berharap telah melakukan pekerjaan dengan baik, bahkan paling baik,
wajar saja ketika harus ada persaingan, lumrah lawong para pejabat juga gitu
kok...bersaing dalam bentuk lain, berlomba menumpuk kekayaan, kesenangan dunia,
tidak perduli dengan cara apa asal bisa exis, sekaligus mendapatkan pujian dunia, prestice, dan
segala macam sanjungan walaupun harus dengan cara menjadi penjilat,
naudzubillah min dzalik....
Dua jam kemudian,
batas akhir yang ustad berikan masing-masing santri menun jukkan hasil kerjanya
dengan caranya sendiri-sendiri, detil
diceritakan bagaimana ia melakukan tugasnya. Wah pokoknya bangga deh bisa
melaksanakan tugas ustad, dan tidak akan dicap sebagai pembangkang yang menolak
tugas. Dengan tersenyum ustad menggeleng-gelangkan kepalanya, seraya
berkata.... baiklah anak-anak kumpulkan semua hasil kerja kalian, nanti kita
goreng untuk berbuka bersama nanti sore...., hore.... teriak para santri dengan kepolosannya.
Ketika semuanya telah terkumpul tiba-tiba munculah seorang santri tengah
kebingungan sambil membawa sebelah pisau dan seekor burung dalam pelukannya,
diiringi keheranan kawan-kawannya, diledek habis-habisan ....dasar orang
aneh...! melaksakan tugas yang begitu mudah saja gak bisa..., heran ya.... apa
yang istimewa dari anak ini... bisik-bisik mereka sambil menatap sisnis, namun
tiba-tiba....
Maafkan saya
ustad, saya tak mampu melaksanakan tugas ini, sebab kemanapun saya bersembunyi,
semakin jauh saya mencari, sepertinya tak ada yang luput dari penglihatan
Alloh, saya tak bisa sembunyi dari-Nya....
Allohu
Akbar.......
Bergema suara takbir memenuhi ruang pondok, seakan menembus tembok
pembatas, antara kelas yang satu dengan yang lainya, memenuhi ruang jiwa-jiwa
yang kosong tersadar akan sebuah kesombongan, iri dan dengki yang tertimbun
dalam hati-hati mereka, seakan pecah... tumpah memenuhi jiwa yang haus, dahaga, tergantikan dengan
sejuknya telaga kesadaran....mereka bergumam pantas....pantaslah beliau
menyayangimu hai Ahcmad, kiranya dibalik
kesederhanaanmu adalah keagungan seorang manusia yang sadar dan mengenal siapa
tuhanmu Alloh Aja Wazalla, pemilik dan Dialah sang maha hidup.....
Maka tatkala azan
magrib menggema disela-sela waktu berbuka puasa, terdengar sayub
kembali suara takbir, tahmit dan tahlil....memecah keheningan....menguak keharuan berurai air mata....maafkan kami kawan, kami telah berburuk sangka dan saat ini kami belajar mengambil hikmah dari setiap kejadian hari ini...ya mulai hari ini....Insya Alloh......
Allohuakbar,
Allohuakbar, Allohuakbar.... la illa ha illalloh huwallohuakbar Allohuakbar
walillahilhamdu... selamat hari raya Idul Fitri 1432H mohon maaf atas segala
kesalahan dan Khilaf, dan kepada Alloh kami memohan ampun.......
Natar, akhir Ramadhan 1432H
Husaini Husein.........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar sebagai kritik dan saran, thank's