Sabtu, 18 Juni 2011

Sholat Berjamaah yuk


Sholat berjamaah memiliki keutamaan yaitu 27 kali lipat dibandingkan dengan Sholat sendirian. Dan tidaklah pantas seorang mukmin yang mencintai Rosulnya meninggalkan sunnah dan memilih sholat sendirian dirumah.  Beberapa ulama menafsirkan hadits Rasulullah SAW tentang fadhilah shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dari shalat sendirian atau 25 bagian, dengan memberikan beberapa ketentuan, yaitu shalat berjamaah itu dilakukan di masjid di awal waktu.

Untuk mendapatkan keutamaan yang besar tersebut perlu ada syarat yang harus dipenuhi yang salah satunya adalah dengan meluruskan dan merapatkan Shaf, seperti sabda  Rosululloh Saw ;

“...Lurus dan rapatkanlah shaf kalian karena sesungguhnya lurus dan rapatnya shaf termasuk keutamaan / penyempurnaan sholat ! (HR. Muttafaq Alaih).
  Ini juga sesuai  dengan ajakan Beliau agar sholat mencontohnya dengan sabda-Nya   
“  Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat !”

Dalam pengaturan Shaf  ketika sholat berjamaah  ada puluhan hadits sahih yang dapat dijadikan rujukan, dan orang-orang yang cerdas akan segera mengambilnya dan sekaligus menerapkannya. Diantara hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikut,  
  
 Dari Anas bin Malik  “Sholat telah siap ditegakkan, maka Rosululloh berbalik menghadap kami seraya bersabda, luruskan dan rapatkanlah shaf - shaf kalian sesungguhnya aku melihat kalian dari punggungku (HR. Bukhori Muslim).   Dalam hadits yang lain, Anas berkata ”pada waktu itu kami menempelkan pundak dengan pundak kawannya dan kaki dengan kaki kawannya (HR. Bukhori).

Hadits diatas menunjukkan betapa pentingnya seorang imam menyerukan kepada makmumnya untuk saling merapat dan meluruskan shaf-nya, karena sesungguhnya syetan menyelinap diantara Shaf-shaf yang longgar sebagaimana sabda Rosululloh Saw  

….“ Rapatkanlah shaf-shaf kalian, saling mendekatlah satu dengan yang lainnya, sejajarkan leher-leher kalian ! Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya sesungguhnya aku melihat  syetan menyelinap di sela-sela shaf (yang renggang)  sebagaimana anak kambing. (Hadits riwayat Abu Dawud dari Anas bin Malik dengan sanat sesuai shahih Muslim.)

Dalam satu riwayat milik Al-Imam Muslim disebutkan,

Bahwasanya Rasulullah biasa meluruskan shaf-shaf kami seakan-akan beliau sedang meluruskan anak panah sehingga apabila beliau melihat bahwasanya kami telah memahami hal itu, yakni wajibnya meluruskan shaf (maka beliaupun memulai shalatnya, pent). Kemudian pada suatu hari beliau keluar, lalu berdiri sampai hampir-hampir beliau bertakbir untuk shalat, tiba-tiba beliau melihat seseorang yang menonjol sedikit dadanya, maka beliaupun bersabda, “Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka Allah sungguh akan memalingkan antar wajah-wajah kalian.”

Para ulama berbeda pendapat tentang makna “berpalingnya atau berselisihnya wajah“.
Sebagian mereka berpendapat, bahwa maknanya adalah sungguh Allah Swt akan memalingkan antar wajah-wajah mereka dengan memalingkan sesuatu yang dapat dirasakan panca indera, yaitu dengan memutar leher, sehingga wajahnya berada dibelakangnya, dan Allah Swt Maha Mampu atas segala sesuatu.

 Dialah Allah ‘Azza Wa Jalla yang telah menjadikan sebagian keturunan Nabi Adam (yaitu Bani Israil) menjadi kera, di mana Allah Swt berkata kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina” (Al-Baqarah:65) maka jadilah mereka kera.

Maka Allah Swt mampu untuk memutar leher manusia sehingga wajahnya berada di punggungnya, dan ini adalah siksaan yang dapat dirasakan panca indera.

Adapun ulama yang lain berpendapat, bahwa yang dimaksudkan perselisihan di sini adalah perselisihan maknawiyyah, yakni berselisihnya hati, karena hati itu mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat terhadap satu arah, satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka akan didapatkan kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati berselisih maka ummat pun akan berpecah belah.

Sehingga yang dimaksud perselisihan dalam hadits ini adalah perselisihan hati, dan inilah tafsiran yang paling shahih/benar, karena terdapat dalam sebagian lafazh hadits, “atau sungguh Allah akan palingkan antar hati-hati kalian.”

Dengan alasan inilah, maka yang dimaksud dengan sabda beliau, “atau sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian”, yakni cara pandang kalian, yang hal ini terjadi dengan berselisihnya hati.

Wallohu a'lam..........
ditulis : BangHusein's dari berbagai sumber.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar sebagai kritik dan saran, thank's